Aku lahir dan besar di Indonesia. Kata pertama yang ku-ucapkan
dalam hidup pun berbahasa Indonesia. Dan sampai sekarang aku terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia.
Aku percaya pada ucapan orang-orang besar, jika tidak ada orang bodoh
di dunia ini. Aku percaya itu, walau pun aku sering mempertanyakan
kebenaran atas ucapan penuh makna itu.
Sejak SD hingga sekarang aku terbiasa dengan pelajaran bahasa
indonesia. Dan semua guru yang mengajariku bahasa indonesia, termasuk
guru favorit diantara para pelajar, termasuk diriku.
Aku menyukai sastra. Aku suka membaca dan aku pun suka menulis. Dan
semua itu menggunakan bahasa Indonesia. Bukankah aku dekat dan bisa
dibilang suka terhadap bahasa indonesia?
Tapi sayang, kisah baik belum pernah ada diantara aku dan bahasa
indonesia. Dulu di masa SD, diantara ketiga mapel UN, nilai terjelek
selalu dipegang bahasa Indonesia. Begitu juga saat pelajaran biasa aku di SMP.
Hingga kini, aku bersekolah di SMP Negeri 3 Kebumen. Takdir buruk selalu
mengikutiku dan menjadi penengah antara aku dan bahasa Indonesia. Setiap
ulangan bahasa Indonesia sudah jelas aku ada dalam daftar anak-anak
yang remidi.
Jika diingat-ingat, aku selalu mengumpulkan tugas bahasa Indonesia,
bahkan terkadang aku orang pertama yang mengumpulkan tugas. Aku selalu
bersemangat ketika guru meminta menulis puisi, artikel, paragraf atau
apa pun itu.
Tetapi karna kehadiran takdir buruk itu, nilaiku tidak pernah lolos
rata-rata. Pernah sekali aku tidak ikut remidi bahasa Indonesia, dan itu
kali pertamanya ketika aku di SMP. Ketidak-remidian-ku bukan
diakibatkan takdir baik, tapi karna aku dan kelompok madingku menang
lomba.
Tetapi takdir buruk itu tidak pernah mematahkan rasa suka-ku terhadap
sastra. Bukan berarti aku hanya pasrah atas kehadiran takdir buruk itu.
Setidaknya aku pernah berusaha dan akan terus berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar