Welcome

Welcome

Sabtu, 15 November 2014

Kenapa aku selalu salah, Ma?

Dear mama,
 
Sebenarnya aku tidak  mau menulis semua ini di sini, aku lelah dengan semua ini, aku hanya ingin diam. Aku tidak punya seorang pun yang bisa kuajak curhat panjang lebar mengenai perasaan di dalam hatiku. Bukan karena aku tidak punya teman, tetapi karena sifatku yang tertutup, aku merasa tidak nyaman bila aku harus bercerita pada orang lain dengan detail apa yang aku rasakan, apa yang aku pikirkan, tentang pendapatku, atau bahkan tentang penilaianku pada orang lain. Aku lebih suka menyimpan segalanya sendiri. Aku juga tidak suka mengumbar kejelekan-kejelekan/aib keluarga sendiri pada orang lain. Rasanya sakit dan tertekan bila harus membicarakan keburukan keluarga di hadapan orang lain. Itu seperti menelanjangi diri sendiri kan, ma? Tetapi mengapa mama dengan mudahnya mengumbar dan menceritakan segala hal buruk hingga sedetail-detailnya pada orang lain. Mama tega menjelek-jelekkan anak sendiri di depan orang lain. Ohh, sakit hatiku mendengar itu semua. Rasanya semua anak di dunia ini tidak mengharapkan akan dijelek-jelekkan oleh orang tuanya sendiri, apalagi di hadapan orang lain. Seburuk-buruknya seorang anak tentulah orang tua akan selalu menyayangi, memuji, dan bangga pada anaknya. Tapi tidak dengan yang terjadi padaku. 

Sebelumnya aku minta maaf karena selama hidupku belum pernah sekalipun aku memberikan sesuatu yang berarti untuk membalas semua pengorbanan mama dalam melahirkan dan membesarkan aku. Bahkan aku selalu mengecewakan dan membebani mama. Aku adalah anak yang paling tidak berguna diantara adik-adikku, ya kan, ma. Aku adalah anak yang paling tidak berharga di mata mama. Mungkin memandangku saja mama muak. Tapi aku menyayangi mama, aku mencintai mama. Walau seperti apapun mama memperlakukan aku, aku tetap menyayangi mama. Aku tidak bisa memilih sendiri orang tuaku kan, ma. Aku juga tidak bisa meminta untuk tidak dilahirkan ke dunia ini kan, ma. Toh, sesusah-susahnya hidupku, sesengsara-sengsaranya hidupku aku tetap harus menjalani kehidupan yang telah diberikan Tuhan untukku. Aku tetaplah anak yang mama lahirkan, aku tetap anak yang mama besarkan, aku tetap kakak dari adik-adikku, ya kan, ma.

Ma, selama ini aku selalu diam. Mama marah denganku, aku diam. Mama menjelek-jelekkan aku ke seluruh dunia pun aku diam. Mama selalu tidak  menghargai apapun yang kulakukan aku diam. Mama menginjak-injak harga diriku aku diam. Mama memandangku dengan sebelah mata aku diam. Mama melecehkan akupun aku diam. Aku diam karena aku menyadari bahwa posisiku sebagai anak yang tidak bisa membantah pada orang tua. Aku tidak boleh melawan pada orang tuaku. Tetapi dalam hatiku aku menangis. Aku merasa sedih sekali. Aku sedih kenapa aku tidak berguna untuk mama, aku sedih karena aku selalu membuat mama susah, aku sedih kenapa aku dilahirkan ke dunia ini kalau aku hanya membuat mamaku susah. Pernah aku menyesal telah lahir ke dunia, pernah aku menyesal menjadi anak mama. Pernah aku menyesal karena aku HIDUP! Aku pernah SELALU INGIN MATI!

Kini ketika aku melewati masa-masa remajaku, ku akui aku selalu membantah dan melawan perkataan dan nasehat mama. Aku selalu menjawab setiap mama memarahi aku. Tetapi dengan berjalannya waktu aku semakin mengerti kata-kata mama. “Bila dimarahi aku harus diam, bila dinasehati aku harus diam, apapun perkataan orang tua, salah atau benar orang tua aku harus diam, tidak boleh membantah atau menjawab”. Dan semakin aku besar aku menerapkan semua itu kan, ma. Aku selalu diam, mau apapun yang mama lakukan padaku, salah atau benar aku selalu diam kan, ma. Malah adik-adikku hingga kini yang selalu membantah setiap dinasehati oleh mama. Mereka selalu melawan perkataan mama. Tetapi…kenapa tetap aku selalu salah di mata mama?

-INDAH-

2 komentar:

  1. sing sabar,kudu tetep berbakti ma ke2 orang tua terutama mama,kentus doakan semoga kedepannya jauh lewih apik maning.amiin

    BalasHapus