Pertemuan kita bukan suatu
kebetulan. Aku selalu percaya itu dan entah dengan keajaiban apa, Tuhan
menyebabkan kita saling berkenalan. Perkenalan itu tak menimbulkan kesan apapun
pada awalnya. Aku menganggapmu pria biasa, yang ingin berkenalan, berbagi
cerita, berbagi apapun yang bisa dibagi. Kamu tak pernah benar-benar tahu
tentangku, seperti aku tak benar-benar tahu tentangmu. Kamu tak tahu aku
penulis, yang kamu tahu aku hanyalah gadis lugu yang berkuliah di salah satu kampus ternama di Kebumen, yang kautahu aku hanya gadis belasan tahun yang
punya banyak mimpi, dan yang kautahu aku hanyalah perempuan biasa yang tak
banyak berdandan dan bersolek di depan cermin.
Kamu mengungkapkan kekagumanmu,
aku pun juga mengungkapkan kekagumanku. Setelah banyak cerita, akhirnya kita
memutuskan untuk bertemu. Langit Kebumen yang cerah kala itu menjadi saksi bahwa
dua orang anak manusia dipertemukan semesta untuk jatuh cinta. Aku tak tahu hal
ini dinamakan apa, kita berkenalan memang belum terlalu lama, namun rasanya aku
selalu ingin berada di dekatmu juga berada di sampingmu. Kamu tak menuntutku
untuk menjadi wanita yang seutuhnya bisa kauatur, kamu memperlakukanku semanis
mungkin, menggenggam jemariku seakan tak mau kehilangan. Tahukah kamu, dari
semua perlakuanmu padaku itu membuat aku semakin takut kebersamaan kita
tiba-tiba terbelah karena komunikasi kita yang berantakan.
Aku tak tahu arti tatapan matamu
setiap kali kamu membicarakan cinta padaku. Fakta-fakta yang tak bisa
kupungkiri adalah dunia hanya sebesar daun kelor. Kita ternyata pernah satu
sekolah dasar, sangat Kebumen sekali, sama-sama senang menertawakan diri sendiri.
Aku tak mengerti arti genggaman tanganmu setiap kali kaubilang kaumulai
mencintaiku dan tak ingin aku hilang dari pandanganmu. Aku tak tahu arti
rangkulanmu di tengah hujan di kota Kebumen kala itu. Aku tak tahu arti janjimu
untuk mengajakku ke gereja, ingin memperkenalkan aku pada ibumu, ingin ke
rumahku bertemu dengan orangtuaku. Aku tak tahu, Hasianku, dan kenyataan yang
harus kuterima adalah nampaknya aku mulai mencintai pria Batak yang selalu
datang dan pergi ini. Nampaknya, aku mulai mencintai kamu.
Aku berjalan mengarungi hari
bersamamu, menghadapi datang dan pergimu, bergelut dengan rindu yang mungkin
tidak kaumengerti. Kamu terlalu gaib untukku, Hasian, kamu terlalu jauh untuk
kugapai, dan aku yang sedang dalam keadaan sangat berharap ini sedang ketakutan
jika kautiba-tiba pergi seakan tak pernah terjadi apapun di antara kita. Malam
ini, aku sedang dalam keadaan mempertanyakan semua, mempertanyakan perasaanmu
padaku, mempertanyakan apa tujuan hubungan yang kita jalani selama ini,
mempertanyakan semua arti pelukan, candaan, bisikkan cintamu yang selalu
berhasil memabukkanku.
Dalam keadaan sering kehilangan
kamu, aku selalu mempertanyakan apa yang Tuhan mau. Aku melihat dirimu sebagai
sosok pria yang tangguh, seiman, menyenangkan, humoris, dan pendengar yang
baik. Kamulah pria yang selama ini kehadirannya selalu kutunggu. Pria sepertimulah
yang langka bagiku, yang sangat jarang masuk ke dalam hidupku. Ketika
menemukanmu, aku seperti menemukan oase menyegarkan yang menghilangkan
dahagaku. Dahaga karena terlalu sering berlari dan mencari hal yang tak pasti,
haus yang dihasilkan karena aku terlalu sibuk melompat dari satu hubungan ke
hubungan lain, hingga aku lupa sebenarnya apa yang kucari selama ini.
Aku menatap matamu dan menyadari
betapa semua ini bisa saja berakhir jika kaubosan. Aku ingin bilang padamu
bahwa aku menginginkan status dan kejelasan, karena selama ini kausudah
tunjukkan dunia yang membahagiakan untukku. Tapi, setiap kali melihat matamu,
setiap kali mengingat perkenalan kita yang nampaknya tak lebih dari
persinggahan buatmu, rasanya aku semakin merasa kecut. Aku ingin menangis dan
air mata ini belum tentu kaupahami.
Rasanya aku ingin memberhentikan
pencarianku padamu. Rasanya aku ingin kaujadi akhir dari pelarianku. Rasanya
aku ingin hubungan kita bisa lebih lama dari yang pernah kubayangkan dan
kutakutkan. Rasanya aku ingin bertanya, apakah kaumulai mencintai sosok wanita
yang tak pernah mengakui bahwa di luar dia adalah wanita hebat sementara
bersamamu dia merendahkan hatinya, mengecilkan egoisnya, melumat habis
gengsinya; karena dia sangat mencintai kamu. Rasanya aku ingin berkata padamu,
bahwa aku menunggu kamu tak lagi menjadikanku pelarian, aku menunggumu tak lagi
menjadikanku persinggahan. Aku menunggumu menjadikanku tujuan, menjadi tempat
kauselalu pulang, menjadi peluk tempat kamu meletakkan tangis.
Jika kautahu wanita ini sudah
tersakiti bergitu parah, sudah pernah dilukai habis-habisan oleh pria lainnya,
masa, sih, kamu tak ingin bahagiakan dia dengan memberikan dia kejelasan
status? Walau selalu terlihat tertawa dan jenaka, sebenarnya di dalam hati ini ada
perasaan yang masih kusembunyikan; aku mencintaimu dan sedang dalam keadaan
sangat takut kehilangan kamu.
Hasianku, maukah kau
memperkenalkanku pada ibumu? Maukah kamu kuperkenalkan pada ibuku? Maukah kau
berhenti menyembunyikanku dari sorotan mata dunia?
Sayang, aku butuh pengakuan.
dari perempuan
yang selalu
mendengar bisikan ini darimu:
"kamu
terlalu baik, Sayang."
Ekhemm.... :v
BalasHapus