Welcome

Welcome

Jumat, 22 Agustus 2014

Yang tak kuduga terjadi.... :* Love you!

Yang gak kusangka terjadi



Aku gak pernah bermimpi bakal suka sama kamu
Aku gak pernah berharap segininya sama kamu
Aku gak pernah nyangka bakal ada rasa sama kamu
Aku hanya mengira kita hanya bakal jadi teman

Aku gak pernah melihatmu dari sisi seorang cewek yang deket sama kamu
Aku gak pernah salting di depanmu
Aku gak pernah peduli sama kamu melebihi dari teman
Aku gak pernah menanggapi serius gombalan - gombalanmu

Aku tau kamu suka nggodain cewek
Aku tau kamu banyak citra
Aku tau beberapa orang cewek yang dekat sama kamu
Aku tau cerita mereka dan ceritamu

Aku sayang sama kamu dulu hanya sebagai teman
Aku sayang sama kamu tidak seperti itu
Aku sayang sama kamu karena masukan - masukanmu
Aku sayang sama kamu karena dibalik itu semua kamu masih tetap cowok yang baik

Tapi aku gak nyangka kalau aku sayang kamu lebih dari itu
Aku sayang kamu seperti aku tidak mau melepaskanmu
Aku sayang kamu sampai aku tidak mau menyakitimu
Aku sayang kamu sampai aku tidak mau mengakui.. karena takut kehilangan kamu, dan tersakiti lagi

Aku bingung, sejak kapan kita berada di posisi ini?
Apa sejak kita sering menghabiskan waktu bersama?
Apa sejak kita sering terbuka sama satu sama lain?
Apa sejak kita sering mengungkapkan perasaan masing - masing?

Aku cemburu waktu tau kamu sedang sama dia
Aku cemburu kamu SMS - an sama dia
Aku cemburu melihat dia bebas menyayangimu
Aku cemburu tapi aku hanya bisa diam

Aku bukan siapa - siapamu, kamu juga bukan siapa - siapaku
Jujur aku berharap suatu saat ada harapan buat kita
"I love us", tapi aku gak tau... apa ini hanya sesaat?
Gak nyangka kamu yang bakal membuat aku begini
Gak nyangka kamu yang membuat aku merasakan ini lagi

Aku gak tau apa yang aku fikirkan
Kok bisa aku membiarkanmu masuk ke dalam hidupku seperti ini
Kok bisa aku membiarkan perasaanku terbawa arus
Padahal aku sudah menahan diriku untuk tidak membawa perasaanku

Aku sekarang sayang kamu lebih dari yang aku harapkan
Aku sekarang sayang kamu lebih dari yang kamu tau
Aku sekarang sayang kamu seperti aku mengulang ceritaku dulu
Aku sekarang sayang kamu sampai sampai aku pasrah dan sabar saja

Sabar sama sikapmu yang kadang nyebelin gak jelas
Sabar sama sikapmu yang kadang manjanya minta ampun
Sabar sama perasaanku sendiri
... dan sabar kalau suatu saat nanti aku sakit hati lagi.

Aku udah nyakitin banyak cowok buat ngelupain dia selama ini
Dan kamu orang yang paling tau tentang hal itu
Kamu yang tau tentang apa yang aku rasakan selama ini
Apa suatu saat nanti kalau kamu nyakitin aku seperti dia, semuanya akan terulang lagi?
Apa aku bakal butuh 2 tahun lagi untuk mengikhlaskanmu?
Apa aku bakal tanpa sadar nyakitin cowok - cowok lain lagi?

Waktu aku masih kebayang dia, kamu tempat pelarianku, tempat curhatku
Kamu tempat aku melepaskan uneg - unegku, tempat aku melepaskan perasaanku
Kalau nanti kamu yang nyakitin aku... dan aku masih kebayang kamu,
Kemana aku harus bersandar?
Kalau kamu nanti jadi dia yang kedua... apa nanti bakal ada seseorang yang menjadi kamu yang kedua. :'|

Rabu, 20 Agustus 2014

BULAN.......... Where is you,.?

Kutatap ekosistem langit yang begitu indah. Malam tanpa bulan serasa hampa. Namun cahaya gemerlap bintang malam ini tak seperti biasanya. Angin malam mengalun lembut seirama detak nadiku. Sejenak, kututup mata ini dan mencoba meresapi keadaan. Mencoba hanyut dengan segala. Mencoba ikut larut dalam pandanganku. Memejamkan mata, masih kuresapi takdir ini, takdir yang tak pernah aku mengerti sama sekali. Hmm, mengapa banyak yang tak ku mengerti? Andai aku lebih tau, mungkin aku bisa sedikit mengerti. Takdir mengapa aku selalu kesepian?? Tapi ada seorang yang seolah memberiku sinyal bahwa aku hidup tak sendirian. Entah dimana dan siapa orang itu? Setiap kali ku ingin berterima kasih padanya.Dia selalu ada, entah dimana. Tak peduli, tapi yang jelas dia sangat baik terhadapku. Seseorang yang membuatku terheran. Aku tak tahu mengapa dia melakukan ini padaku. Entah ada hal apa yang membuatnya selalu ada disaat aku butuh, namun kusendiri tak selalu ada saat ia membutuhkanku. Ku sandarkan kepalaku dibantal. Kupikirkan bagaimana sosoknya, Karena kami belum pernah bertatap muka secara langsung....

Aku yang Kamu Sembunyikan



Pertemuan kita bukan suatu kebetulan. Aku selalu percaya itu dan entah dengan keajaiban apa, Tuhan menyebabkan kita saling berkenalan. Perkenalan itu tak menimbulkan kesan apapun pada awalnya. Aku menganggapmu pria biasa, yang ingin berkenalan, berbagi cerita, berbagi apapun yang bisa dibagi. Kamu tak pernah benar-benar tahu tentangku, seperti aku tak benar-benar tahu tentangmu. Kamu tak tahu aku penulis, yang kamu tahu aku hanyalah gadis lugu yang berkuliah di salah satu kampus ternama di Kebumen, yang kautahu aku hanya gadis belasan tahun yang punya banyak mimpi, dan yang kautahu aku hanyalah perempuan biasa yang tak banyak berdandan dan bersolek di depan cermin.

Kamu mengungkapkan kekagumanmu, aku pun juga mengungkapkan kekagumanku. Setelah banyak cerita, akhirnya kita memutuskan untuk bertemu. Langit Kebumen yang cerah kala itu menjadi saksi bahwa dua orang anak manusia dipertemukan semesta untuk jatuh cinta. Aku tak tahu hal ini dinamakan apa, kita berkenalan memang belum terlalu lama, namun rasanya aku selalu ingin berada di dekatmu juga berada di sampingmu. Kamu tak menuntutku untuk menjadi wanita yang seutuhnya bisa kauatur, kamu memperlakukanku semanis mungkin, menggenggam jemariku seakan tak mau kehilangan. Tahukah kamu, dari semua perlakuanmu padaku itu membuat aku semakin takut kebersamaan kita tiba-tiba terbelah karena komunikasi kita yang berantakan.

Aku tak tahu arti tatapan matamu setiap kali kamu membicarakan cinta padaku. Fakta-fakta yang tak bisa kupungkiri adalah dunia hanya sebesar daun kelor. Kita ternyata pernah satu sekolah dasar, sangat Kebumen sekali, sama-sama senang menertawakan diri sendiri. Aku tak mengerti arti genggaman tanganmu setiap kali kaubilang kaumulai mencintaiku dan tak ingin aku hilang dari pandanganmu. Aku tak tahu arti rangkulanmu di tengah hujan di kota Kebumen kala itu. Aku tak tahu arti janjimu untuk mengajakku ke gereja, ingin memperkenalkan aku pada ibumu, ingin ke rumahku bertemu dengan orangtuaku. Aku tak tahu, Hasianku, dan kenyataan yang harus kuterima adalah nampaknya aku mulai mencintai pria Batak yang selalu datang dan pergi ini. Nampaknya, aku mulai mencintai kamu.

Aku berjalan mengarungi hari bersamamu, menghadapi datang dan pergimu, bergelut dengan rindu yang mungkin tidak kaumengerti. Kamu terlalu gaib untukku, Hasian, kamu terlalu jauh untuk kugapai, dan aku yang sedang dalam keadaan sangat berharap ini sedang ketakutan jika kautiba-tiba pergi seakan tak pernah terjadi apapun di antara kita. Malam ini, aku sedang dalam keadaan mempertanyakan semua, mempertanyakan perasaanmu padaku, mempertanyakan apa tujuan hubungan yang kita jalani selama ini, mempertanyakan semua arti pelukan, candaan, bisikkan cintamu yang selalu berhasil memabukkanku.

Dalam keadaan sering kehilangan kamu, aku selalu mempertanyakan apa yang Tuhan mau. Aku melihat dirimu sebagai sosok pria yang tangguh, seiman, menyenangkan, humoris, dan pendengar yang baik. Kamulah pria yang selama ini kehadirannya selalu kutunggu. Pria sepertimulah yang langka bagiku, yang sangat jarang masuk ke dalam hidupku. Ketika menemukanmu, aku seperti menemukan oase menyegarkan yang menghilangkan dahagaku. Dahaga karena terlalu sering berlari dan mencari hal yang tak pasti, haus yang dihasilkan karena aku terlalu sibuk melompat dari satu hubungan ke hubungan lain, hingga aku lupa sebenarnya apa yang kucari selama ini.

Aku menatap matamu dan menyadari betapa semua ini bisa saja berakhir jika kaubosan. Aku ingin bilang padamu bahwa aku menginginkan status dan kejelasan, karena selama ini kausudah tunjukkan dunia yang membahagiakan untukku. Tapi, setiap kali melihat matamu, setiap kali mengingat perkenalan kita yang nampaknya tak lebih dari persinggahan buatmu, rasanya aku semakin merasa kecut. Aku ingin menangis dan air mata ini belum tentu kaupahami. 

Rasanya aku ingin memberhentikan pencarianku padamu. Rasanya aku ingin kaujadi akhir dari pelarianku. Rasanya aku ingin hubungan kita bisa lebih lama dari yang pernah kubayangkan dan kutakutkan. Rasanya aku ingin bertanya, apakah kaumulai mencintai sosok wanita yang tak pernah mengakui bahwa di luar dia adalah wanita hebat sementara bersamamu dia merendahkan hatinya, mengecilkan egoisnya, melumat habis gengsinya; karena dia sangat mencintai kamu. Rasanya aku ingin berkata padamu, bahwa aku menunggu kamu tak lagi menjadikanku pelarian, aku menunggumu tak lagi menjadikanku persinggahan. Aku menunggumu menjadikanku tujuan, menjadi tempat kauselalu pulang, menjadi peluk tempat kamu meletakkan tangis.

Jika kautahu wanita ini sudah tersakiti bergitu parah, sudah pernah dilukai habis-habisan oleh pria lainnya, masa, sih, kamu tak ingin bahagiakan dia dengan memberikan dia kejelasan status? Walau selalu terlihat tertawa dan jenaka, sebenarnya di dalam hati ini ada perasaan yang masih kusembunyikan; aku mencintaimu dan sedang dalam keadaan sangat takut kehilangan kamu.

Hasianku, maukah kau memperkenalkanku pada ibumu? Maukah kamu kuperkenalkan pada ibuku? Maukah kau berhenti menyembunyikanku dari sorotan mata dunia?

Sayang, aku butuh pengakuan.

dari perempuan
yang selalu mendengar bisikan ini darimu:
"kamu terlalu baik, Sayang."

Selasa, 19 Agustus 2014

Very Miss My Someone Special

Kangen semuanya........ Sekarang dah pada sibuk kali yah,,,,
Hehe merapat dongg,, nih blogspot baruku.. Sering-sering berkunjung aja....
Maaf yah kalo kalian ga suka koment aja,, nanti aku hapus dehh :D
Maklum ini kan masih awal,, belum pengalaman nih....

Ohhya,, selamat malam semua...!! :* muaaaachhhh

Bisakah Kau Bayangkan Rasanya Jadi Aku?

Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu, kecupan berbentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendam.


Jatuh cinta terjadi karena proses yang cukup panjang, itulah proses yang seharusnya aku lewati secara alamiah dan manusiawi. Proses yang panjang itu ternyata tak terjadi, pertama kali melihatmu; aku tahu suatu saat nanti kita bisa berada di status yang lebih spesial. Aku terlalu penasaran ketika mengetahui kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku mulai hadir ketika kamu menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat. Semua begitu bahagia.... dulu.


Aku sudah berharap lebih. Kugantungkan harapanku padamu. Kuberikan sepenuhnya perhatianku untukmu. Sayangnya, semua hal itu seakan tak kaugubris. Kamu di sampingku, tapi getaran yang kuciptakan seakan tak benar-benar kaurasakan. Kamu berada di dekatku, namun segala perhatianku seperti menguap tak berbekas. Apakah kamu benar tidak memikirkan aku? Bukankah kata teman-temanmu, kamu adalah perenung yang seringkali menangis ketika memikirkan sesuatu yang begitu dalam? Temanmu bilang, kamu melankolis, senang memendam, dan enggan bertindak banyak. Kamu lebih senang menunggu. Benarkah kamu memang menunggu? Apalagi yang kautunggu jika kausudah tahu bahwa aku mencintaimu?


Tuan, tak mungkin kautak tahu ada perasaan aneh di dadaku. Kekasihku yang belum sempat kumiliki, tak mungkin kautak memahami perjuangan yang kulakukan untukmu. Kamu ingin tahu rasanya seperti aku? Dari awal, ketika kita pertama kali berkenalan, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Senyummu adalah salah satu keteduhan yang paling ingin kulihat setiap hari. Dulu, aku berharap bisa menjadi salah satu sebab kautersenyum setiap hari, tapi ternyata harapku terlalu tinggi.


Semua telah berakhir. Tanpa ucapan pisah. Tanpa lambaian tangan. Tanpa kaujujur mengenai perasaanmu. Perjuanganku terhenti karena aku merasa tak pantas lagi berada di sisimu. Sudah ada seseorang yang baru, yang nampaknya jauh lebih baik dan sempurna daripada aku. Tentu saja, jika dia tak sempurna—kautak akan memilih dia menjadi satu-satunya bagimu.


Setelah tahu semua itu, apakah kamu pernah menilik sedikit saja perasaanku? Ini semua terasa aneh bagiku. Kita yang dulu sempat dekat, walaupun tak punya status apa-apa, meskipun berada dalam ketidakjelasan, tiba-tiba menjauh tanpa sebab. Aku yang terbiasa dengan sapaanmu di pesan singkat harus (terpaksa) ikhlas karena akhirnya kamu sibuk dengan kekasihmu. Aku berusaha memahami itu. Setiap hari. Setiap waktu. Aku berusaha meyakini diriku bahwa semua sudah berakhir dan aku tak boleh lagi berharap terlalu jauh.


Tuan, jika aku bisa langsung meminta pada Tuhan, aku tak ingin perkenalan kita terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu ketika menyebutkan nama. Aku tak ingin membaca pesan singkatmu yang lugu tapi manis. Sungguh, aku tak ingin segala hal manis itu terjadi jika pada akhirnya kamu menghempaskan aku sekeji ini.


Kalau kauingin tahu bagaimana perasaanku, seluruh kosakata dalam miliyaran bahasa tak mampu mendeskripsikan. Perasaan bukanlah susunan kata dan kalimat yang bisa dijelaskan dengan definisi dan arti. Perasaan adalah ruang paling dalam yang tak bisa tersentuh hanya dengan perkatan dan bualan. Aku lelah. Itulah perasaanku. Sudahkah kaupaham? Belum. Tentu saja. Apa pedulimu padaku? Aku tak pernah ada dalam matamu, aku selalu tak punya tempat dalam hatimu.


Setiap hari, setiap waktu, setiap aku melihatmu dengannya; aku selalu berusaha menganggap semua baik-baik saja. Semua akan berakhir seiring berjalannya waktu. Aku membayangkan perasaanku yang suatu saat nanti pasti akan hilang, aku memimpikan lukaku akan segera kering, dan tak ada lagi hal-hal penyebab aku menangis setiap malam. Namun.... sampai kapan aku harus terus mencoba?


Sementara ini saja, aku tak kuat melihatmu menggenggam jemarinya. Sulit bagiku menerima kenyataan bahwa kamu yang begitu kucintai ternyata malah memilih pergi bersama yang lain. Tak mudah meyakinkan diriku sendiri untuk segera melupakanmu kemudian mencari pengganti.


Seandainya kamu bisa membaca perasaanku dan kamu bisa mengetahui isi otakku, mungkin hatimu yang beku akan segera mencair. Aku tak tahu apa salahku sehingga kita yang baru saja kenal, baru saja mencicipi cinta, tiba-tiba terhempas dari dunia mimpi ke dunia nyata. Tak penasarankah kamu pada nasib yang membiarkan kita kedinginan seorang diri tanpa teman dan kekasih?


Aku menulis ini ketika mataku tak kuat lagi menangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir, meskipun tak pernah benar-benar tinggal. Seandainya kautahu perasaanku dan bisa membaca keajaiban dalam perjuanganku, mungkin kamu akan berbalik arah—memilihku sebagai tujuan. Tapi, aku hanya persinggahan, tempatmu meletakan segala kecemasan, lalu pergi tanpa janji untuk pulang.


Semoga kautahu, aku berjuang, setiap hari untuk melupakanmu. Aku memaksa diriku agar membencimu, setiap hari, ketika kulihat kamu bersama kekasih barumu. Aku berusaha keras, setiap hari, menerima kenyataan yang begitu kelam.


Bisakah kaubayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka, hanya karena ia tak tahu bagaimana perasaan orang yang mencintainya? Bisakah kaubayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari harus melihatmu dengannya?


Bisakah kaubayangkan rasanya jadi seseorang yang setiap hari menahan tangisnya agar tetap terlihat baik-baik saja?


Kamu tak bisa. Tentu saja. Kamu tidak perasa.