Untuk gadisku yang mudah terharu dan menangis,
Saat
kamu memutuskan pergi dari hidupku, aku tak bisa memikirkan apa yang
selanjutnya akan membuatku semangat menjalani yang sudah kubangun sampai hari
ini. Tak ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu, selain kata maaf
karena telah membawamu berlari sejauh dan selelah ini.
Cuaca
Kebumen yang sering hujan akhir-akhir ini membawaku pada kenangan-kenangan
percakapan kita. Aku belum pernah menemukan perempuan dengan suara setulus
kamu, kamu membuatku tergoda dengan segala percakapan kita dipenghujung malam,
dan kamu berhasil membuatku berbohong agar aku tidak pernah kehilangan kamu.
Ini bukan salahmu, salahku yang dari awal tak mengaku bahwa aku telah memiliki
kekasih. Salahku yang terlalu cepat tertarik pada pesonamu sehingga aku
melakukan segala cara agar kamu tetap ingin menghabiskan hari-harimu bersamaku,
agar perkenalan ini berusia panjang hingga pertemuan kembali tiba. Kamu
berhasil menumbuhkan rasa penasaranku, kamu berhasil membuatku kembali
merasakan debaran aneh karena jatuh cinta, dan kamu kembali mengingatkanku pada
rasa kehilangan karena terlalu mencintai.
Pagi
itu, aku kembali mengingat kita dulu, aku membaca ulang tulisan hasil ketikan jemari
lentikmu dari berbagai situs sosial media tentang semua apa saja percakapan
kita dulu. Entah mengapa, mungkin ini konyol tapi semua hal yang kulakukan
selalu memaksaku untuk mengingatmu. Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku.
Bahkan setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca
pesan singkatmu. Tawa kecilmu, kecupan berbentuk tulisan, dan canda kita selalu
membuatku tersenyum diam-diam. Ketika kita saling menemani saat malam tiba,
jujur saja aku memang merasa lelah dan kantuk saat itu, mungkin kau merasakan
hal yang sama denganku, namun rasanya sayang jika moment itu kulewatkan begitu
saja, jadi aku memilih menahan tidak tidur hanya untuk bersamamu walau hanya
lewat tulisan, walau akhirnya kita berpisah karena kita memang harus istirahat,
lagipula tak baik bila anak gadis seusiamu begadang, begitu kan kataku selalu?
Kau tau? Kita punya hobi yang sama, begadang untuk menyelesaikan karya-karya
kita, aku menggambar desain dan kamu menulis cerita.
Gadis kecilku yang pemalu, aku menyesal pernah
membuatmu terluka. Aku menyesal jika telah membuatmu jatuh cinta. Kalau kamu
mau tau, perasaan sakit yang kurasakan juga sama menderitanya denganmu. Salahku
yang mencintaimu justru ketika aku telah memiliki kekasih, salahku yang
menggenggam tanganmu untuk pelan-pelan memasuki duniaku, dan masih salahku
karena selama ini tak berusaha jujur padamu. Ketakutan-ketakutan baru telah
menghantuiku, aku tau rasa sakitmu semakin berlipat ketika perasaan sayang yang
kutulis di sosial media saat itu ternyata bukan untukmu. Sejujurnya akulah yang
tau sebenarnya, bukan kau yang ingin melanjutkan semua. Aku yang terlalu keras
kepala ketika tak ingin melepasmu meskipun telah ada dia dalam pelukku.
Adikku
yang suara tawanya selalu menenangkanku, bahkan aku menyimpulkan kamu jauh
lebih dewasa daripada kekasihku, meskipun umurmu jauh lebih muda dari dia. Tak
ada kata lain selain maaf, aku sebenarnya sudah muak dengannya, itulah yang
ingin agar kau tau. Aku lelah dengan pertengkaran kami, lelah dengan sikapnya
yang tidak dewasa, dan aku ingin menjauh dari segala sikap posesifnya. Aku
membenci sikapya dan saat itu kau hadir menyuguhkan perhatian tulus, pengertian
yang luar biasa, dan sikap dewasa perempuan yang aku rindukan. Aku sangat
mencintaimu, tapi aku tak bisa meninggalkan dia untukmu. Seperti yang telah
kamu tau, terlalu banyak hal yang telah kucuri darinya, perhatiannya, rasa
cintanya, bulan-bulan penuh kepedihan kerena jarakku dan jaraknya yang jauh.
Kalau harus jujur siapa yang paling kucintai, aku tidak ragu untuk memilihmu. Aku
mencintaimu, namun kita tidak bertemu diwaktu yang tepat. Seandainya aku bisa
mengulang waktu, aku ingin lebih dulu berkenalan denganmu, dan aku akan menolak
perkenalanku dengan kekasihku yang sekarang. Jika aku bisa mengulang waktu, aku
tidak akan berbohong mengenai status hubunganku dengan kekasihku, agar kita
bisa jadi sahabat, setidaknya aku bisa tetap dekat denganmu meskipun tidak bisa
memilikimu, aku akan memohon pada Tuhan akan tidak membuat pergi secepat ini.
Aku
turut menyesali perasaanku yang mudah luluh karena kehadiranmu. Kamu membawa
sesuatu yang ajaib sehingga aku kembali menemukan semangat hidupku, namun
ketika kau pergi aku seakan tak lagi punya alasan untuk kembali menjalani
hari-hari. Aku kembali pada rutinitas menyebalkan, kembali pada kekasihku yang
sama menyebalkan, dan yang paling menyedihkan adalah harus kehilangan kamu. Aku
bukan pria yang mudah bilang rindu, tapi aku ingin mengaku bahwa selama
beberapa hari ini aku sangat merindukanmu. Aku sangat mencintaimu, Ndu. Bahkan
ketika kau pergi tanpa lambaian tangan.
Dari Masmu,
yang masih tak bisa melupakanmu.