Welcome

Welcome

Sabtu, 31 Januari 2015

Bukan Salahmu



Untuk gadisku yang mudah terharu dan menangis,

      Saat kamu memutuskan pergi dari hidupku, aku tak bisa memikirkan apa yang selanjutnya akan membuatku semangat menjalani yang sudah kubangun sampai hari ini. Tak ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu, selain kata maaf karena telah membawamu berlari sejauh dan selelah ini.
      Cuaca Kebumen yang sering hujan akhir-akhir ini membawaku pada kenangan-kenangan percakapan kita. Aku belum pernah menemukan perempuan dengan suara setulus kamu, kamu membuatku tergoda dengan segala percakapan kita dipenghujung malam, dan kamu berhasil membuatku berbohong agar aku tidak pernah kehilangan kamu. Ini bukan salahmu, salahku yang dari awal tak mengaku bahwa aku telah memiliki kekasih. Salahku yang terlalu cepat tertarik pada pesonamu sehingga aku melakukan segala cara agar kamu tetap ingin menghabiskan hari-harimu bersamaku, agar perkenalan ini berusia panjang hingga pertemuan kembali tiba. Kamu berhasil menumbuhkan rasa penasaranku, kamu berhasil membuatku kembali merasakan debaran aneh karena jatuh cinta, dan kamu kembali mengingatkanku pada rasa kehilangan karena terlalu mencintai.
      Pagi itu, aku kembali mengingat kita dulu, aku membaca ulang tulisan hasil ketikan jemari lentikmu dari berbagai situs sosial media tentang semua apa saja percakapan kita dulu. Entah mengapa, mungkin ini konyol tapi semua hal yang kulakukan selalu memaksaku untuk mengingatmu. Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku. Bahkan setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu, kecupan berbentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Ketika kita saling menemani saat malam tiba, jujur saja aku memang merasa lelah dan kantuk saat itu, mungkin kau merasakan hal yang sama denganku, namun rasanya sayang jika moment itu kulewatkan begitu saja, jadi aku memilih menahan tidak tidur hanya untuk bersamamu walau hanya lewat tulisan, walau akhirnya kita berpisah karena kita memang harus istirahat, lagipula tak baik bila anak gadis seusiamu begadang, begitu kan kataku selalu? Kau tau? Kita punya hobi yang sama, begadang untuk menyelesaikan karya-karya kita, aku menggambar desain dan kamu menulis cerita.
       Gadis kecilku yang pemalu, aku menyesal pernah membuatmu terluka. Aku menyesal jika telah membuatmu jatuh cinta. Kalau kamu mau tau, perasaan sakit yang kurasakan juga sama menderitanya denganmu. Salahku yang mencintaimu justru ketika aku telah memiliki kekasih, salahku yang menggenggam tanganmu untuk pelan-pelan memasuki duniaku, dan masih salahku karena selama ini tak berusaha jujur padamu. Ketakutan-ketakutan baru telah menghantuiku, aku tau rasa sakitmu semakin berlipat ketika perasaan sayang yang kutulis di sosial media saat itu ternyata bukan untukmu. Sejujurnya akulah yang tau sebenarnya, bukan kau yang ingin melanjutkan semua. Aku yang terlalu keras kepala ketika tak ingin melepasmu meskipun telah ada dia dalam pelukku.
      Adikku yang suara tawanya selalu menenangkanku, bahkan aku menyimpulkan kamu jauh lebih dewasa daripada kekasihku, meskipun umurmu jauh lebih muda dari dia. Tak ada kata lain selain maaf, aku sebenarnya sudah muak dengannya, itulah yang ingin agar kau tau. Aku lelah dengan pertengkaran kami, lelah dengan sikapnya yang tidak dewasa, dan aku ingin menjauh dari segala sikap posesifnya. Aku membenci sikapya dan saat itu kau hadir menyuguhkan perhatian tulus, pengertian yang luar biasa, dan sikap dewasa perempuan yang aku rindukan. Aku sangat mencintaimu, tapi aku tak bisa meninggalkan dia untukmu. Seperti yang telah kamu tau, terlalu banyak hal yang telah kucuri darinya, perhatiannya, rasa cintanya, bulan-bulan penuh kepedihan kerena jarakku dan jaraknya yang jauh. Kalau harus jujur siapa yang paling kucintai, aku tidak ragu untuk memilihmu. Aku mencintaimu, namun kita tidak bertemu diwaktu yang tepat. Seandainya aku bisa mengulang waktu, aku ingin lebih dulu berkenalan denganmu, dan aku akan menolak perkenalanku dengan kekasihku yang sekarang. Jika aku bisa mengulang waktu, aku tidak akan berbohong mengenai status hubunganku dengan kekasihku, agar kita bisa jadi sahabat, setidaknya aku bisa tetap dekat denganmu meskipun tidak bisa memilikimu, aku akan memohon pada Tuhan akan tidak membuat pergi secepat ini.
      Aku turut menyesali perasaanku yang mudah luluh karena kehadiranmu. Kamu membawa sesuatu yang ajaib sehingga aku kembali menemukan semangat hidupku, namun ketika kau pergi aku seakan tak lagi punya alasan untuk kembali menjalani hari-hari. Aku kembali pada rutinitas menyebalkan, kembali pada kekasihku yang sama menyebalkan, dan yang paling menyedihkan adalah harus kehilangan kamu. Aku bukan pria yang mudah bilang rindu, tapi aku ingin mengaku bahwa selama beberapa hari ini aku sangat merindukanmu. Aku sangat mencintaimu, Ndu. Bahkan ketika kau pergi tanpa lambaian tangan.


Dari Masmu,
yang masih tak bisa melupakanmu.